Powered By Blogger

Tuesday, 26 October 2010

Mengenal Batik Lingga

Rumah Terampil Kerajinan Batik
Lingga yang berada di Dabo
Singkep menjadi salah satu tempat
pembuatan batik Lingga. Di sana
ada tiga orang pebatik, dua di
antaranya berasal dari Yogyakarta
dan Pekalongan. Mereka mengajar
sekitar 10 orang ibu rumah tangga
yang berasal dari Singkep dan
Singkep Barat membatik. ”Mereka
banyak sudah bisa membatik.
Sekarang batik yang kita buat
semakin digemari. Motif tergantung
pemesan,” kata Syafrizal, salah
seorang pengajar yang ditemui,
kemarin.
Motif atau corak batik Lingga sudah
dipatenkan. Motif batik biasanya
diambil dari nama tumbuhan atau
hewan. Ia mencontohkan motif
batik Lingga, seperti paku gajah,
kuntum tak jadi,bunga ciremai,bunga melati,motif keluang,
tapak leman, bunga kiambang,
bunga ketole. Ada juga motif
hewan, seperti itik pulang petang.
”Kalau orang tak tahu soal batik, sulit
menebak motif batik Lingga. Ada
motif itik pulang petang, di batiknya
tak ada gambar itik. Begitu juga
misalnya motif awan petang. Tak ada
gambar awan di batik yang dibuat,”
ujarnya.
Proses pembuatan batik semuanya
dilakukan di Rumah Terampil
Kerajinan Batik Lingga. Ada tiga jenis
batik yang dibuat, yakni batik tulis,
batik cap dan batik sablon. Batik tulis
yang paling sulit dibuat, harganya
yang paling mahal. ”Untuk batik
yang bahannya sutra harganya
paling rendah Rp110 ribu per meter.
Kalau katun Rp60 ribu per meter.
Sekarang banyak yang memesan,
termasuk Kapolres Lingga AKBP
Misbahul Munauwar,” kata pria asli
Dabo ini.
Dijelaskan, proses pembuatan batik
paling cepat selesai dalam waktu
satu minggu sampai siap pakai.
Salah satu kendala adalah
penyediaan bahan. Mereka
mendatangkan bahan dari Jakarta
dan Pekalongan. Mereka kadang
kewalahan saat pemesanan
meningkat. Banyak instansi di
lingkungan Pemkab Lingga
memesan batik di sini. Belum lagi
ada tamu dari Tanjungpinang atau
daerah lain yang datang ke Lingga
dan memesan batik.
Syafrizal menyebutkan, batik Lingga
semakin dikenal disebabkan
promosi yang semakin gencar.
Selain dipamerkan dalam sejumlah
pameran di Batam, Tanjungpinang,
juga dibawa dalam pameran di
Jakarta, Yogyakarta, Bali, hingga
Singapura. ”Di Lingga ada dua
tempat pembuatan batik. Satu di
sini, Rumah Terampil. Satu lagi di
Daik yang dibuat Dekranasda yang beralamat di Jl.Datuk Laksemana No 1(samping rumah dinas Bupati lama)
,menurut Anjas honorer yg pernah mengikuti pelatihan membatik bersama 25 rekan nya di Bandung ini,di tempat ini sendiri tersedia 11 motif batik asli Lingga yakni motif awan petang,bunga ketole,bunga melati,bunga ciremai,kuntum tak jadi,keluang,bintang-bintang,paku gajah,tampuk manggis yang terdiri dari bahan batik dan baju jadi serta kaos bermotif batik Lingga,untuk bahan di jual Rp 37.500 per meter,baju batik jadi semua ukuran baik laki-laki maupun perempuan di jual seharga Rp 150.000,sedangkan kaos Rp 60.000 perbuah,
kembali ke Syafrizal,Ditanya berapa jumlah pemesanan
setiap bulannya,ia
menyebutkan, jumlahnya tak
menentu tergantung pemesanan.
Saat ini banyak pemesanan batik
untuk instansi di lingkungan
Pemkab Lingga yang berkantor di
Dabo Singkep. Selain itu juga ada
pemesanan dari instansi-instansi lain yang ada di Dabo Singkep..( di kutip dari sebuah sumber)

Sekilas Sejarah Terbentuk Nya Kabupaten Lingga

Dari Pemekaran Kecamatan
Menuju ke Pemekaran Kabupaten
Pada tahun 2003 dibentuklah
Kabupaten Lingga sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2003, yang disahkan oleh DPR RI
dan diresmikan oleh Presiden
melalui Menteri Dalam Negeri RI
pada tanggal 7 Januari 2004.
Wilayah Kabupaten Lingga terdiri
dari 3 pulau besar (Singkep,
Lingga dan Senayang), hasil
pemekaran dari Kabupaten
Kepulauan Riau. Kabupaten
Lingga memiliki wilayah
Kecamatan Singkep, Kecamatan
Singkep Barat, Kecamatan
Lingga, Kecamatan Lingga Utara
dan Kecamatan Senayang. Hingga
saat ini Kabupaten Lingga
berjalan hampir satu dekade.
Pembangunan infrastruktur
serta peningkatan pelayanan
publik-pun hampir merata,
mengingat kondisi daerah ini
terdiri dari beberapa pulau besar
dan kecil, sehingga mengalami
sedikit hambatan geografis